III. Reinkarnasi atau Ilusi Rindu?

Image result for gelap


Sabtu cerah menjelang senja. Aku menantikan hari ini. Karena, jika sesuai dengan perjanjian, maka buku novel yang kupesan akan mendarat ke rumahku hari ini. Dalam dua hari ini aku merasa gabut, karena, teman-teman kontrakanku sedang pulang ke Klaten. Seperti hari-hari weekend­ biasanya. Sepi, sunyi dan sendiri. Sebelum Bona, kucing kesayanganku meghilang ke entah berantah, biasanya aku mengajaknya bicara untuk menghapuskan kegabutanku, meski dia selalu hanya menjawab dengan “meong”. Tapi entah bagaimana imajinasiku—atau mungkin kegabutanku yang akut—selalu bisa menerjemahkannya menjadi berbagai macam hal. Tiba-tiba terdengar motor memecah sunyi berhenti di depan rumahku. Kuintip malu-malu dari balkon rumahku di bawah sana terpapar sesosok gadis sedang melepas helm yang membungkus kepalanya dan ia beranjak dari motornya untuk menuju pintu rumahku. “tok tok tok!.” Ia mengetuk lirih sambil mengucap salam. Bergegaslah aku menapaki turun anak tangga dan membuka pintu. Ternyata dia adalah gadis pemiliki online shop yang mengantarkan buku pesananku. Ketika mataku menelisik raut wajahnya, tiba-tiba waktu  membeku. Ingatanku mencoba mengenali siapa gadis yang ada di depanku. Ternyata, dia adalah gadis yang tempo hari datang sendiri di kedai kopi lalu menempati tempat dudukku setelah aku pergi. Ya! Dialah orangnya. Tetapi, aku tidak berniat menanyakannya. Barangkali aku salah orang. Jika memang benar dia, mungkin saja hanya kebetulan. Segeralah tanganku menadah melukiskan harapan agar gadis itu meletakkan buku pesananku di atasnya. Setelah menyerahkan bukunya, dia hanya mengucap terimakasih lalu beranjak pergi dan aku masuk ke kamar.

Aku masih penasaran dengan gadis itu. Iseng-iseng kupandangi foto profil Line dia. Sekali lagi mataku mencoba menelisik mencari kejanggalan laksana sedang bermain teka-teki silang yang tersaji pada koran minggu pagi. “Bangs*t!”, tiba-tiba aku memuji diri sendiri. Entah jariku memiliki hasrat untuk mengerjaiku atau bagaimana, tetapi tanpa sengaja ia menekan tombol panggil. Tanpa membiarkan detik jam dinding merangkak sedikitpun, jempolku sekejap menekan tombol merah untuk menebus kesalahannya. Tetapi nasi telah menjadi bubur dan mantan telah berpaling ke hati orang. Entah mengapa yang biasanya jaringan 4Gku masih kalah cepatnya dengan kecepatan nge-rapnya Eminem, kali ini jaringanku berjalan cepat dan panggilan salah pencet tadi langsung terhubung ke dia dan mengirimkan notifikasi ke Line dia. Oke, kali ini situasi benar-benar membuatku kesal. “Line!”, begtiu notifikasi yang terdengar menyentak dari HPku. Seolah-olah aku ingin terbang ke Jepang lalu koprol sambil menelan seekor paus hidup-hidup. Aku panik! “ada apa mas?”, gadis itu mengirim Line sebagai response atas panggilan—salah pencet—tadi.

“Oh tidak. Aku hanya ingin  mengucapkan terimakasih atas novelnya. Ternyata online shop milik mbak Icha recommended banget karena barangnya dikirim tepat waktu tidak seperti kebanyakan online shop lainnya”. Balasku untuk mengelak.
“Sama-sama mas. Ditunggu orederan selanjutnya ya mas.” Balasnya singkat.

Aku hanya membaca Line darinya tanpa membalasnya. Mungkin aku akan memesan buku lagi agar bisa bertemu dengannya. Tunggu dulu...Kenapa tiba-tiba aku ingin bertemu dengannya lagi? Jika aku memesan lagi apakah dia yang akan mengantarkan pesanannya lagi. Bagaimana jika dia menyuruh om-om untuk mengantarkan buku yang akan kupesan? Tapi, sekali lagi, kenapa aku ingin bertemu dengannya lagi. Memang jika dipandang, dia mirip dengan Anggun. Apakah dia adalah reinkarnasi dari Anggun? Ah, kenapa lagi-lagi Anggun. Kenapa belakangan ini Anggun selalu hadir dalam hari-hariku. Apakah aku merindukannya? Merindukan ketiadaan yang lalu telah membuatku merasa ada? Gadis itu telah menghadirkan sebuah taman bunga, lalu kulihat mawar putih dan melati merah yang hanya satu-satunya di dunia ini. Atau mungkin aku kurang tidur, atau mungkin kurang piknik. Baiklah....






image source : https://bawonot.blogspot.co.id/2013/09/lilin-dalam-gelap.html




0 komentar:

Posting Komentar

Next Posting Lama
III. Reinkarnasi atau Ilusi Rindu?